Random Talk #5 : Traumakah dengan sebuah komitmen ?
Malam itu setelah maghrib, aku
dengan dia janjian untuk pertama kalinya ketemu. Café Starbucks tempat kita
berbincang tentang background, kesibukan dan sharing sedikit agama. Dia pun
tidak lupa kembali menyatakan untuk serius dengan ku. Aku pun merasa oke, aku
memang belum ada perasaan apapun dengannya, tapi dia ramah, cukup dewasa,
agamanya baik. Saat itu aku Cuma bilang, gak usah buru-buru kita kenalan aja
dulu tapi buat ke jenjang serius juga. Aku menekankan tidak ingin main-main,
jangan selingkuh, sekalipun aku tidak akan peduli. Oh iya aku juga pastinya
memastikan dia sudah menikah apa belum, dengan bertanya dan salint unjuk tukar
KTP. Dia bilang, “belum nikah ko”, dan memang status di KTP belum kawin. Target
dia nikah tahun 2020. Sedangkan aku udah gak ada target.
Kongkalikong siapa yang bayar ini
itu untuk pertemuan pertama kalinya, itu sih yang tadinya aku tidak mau ketemu
olehnya. Gatau kenapa nih cowok sepede itu bilang, aku bayar nonton, kamu bayar
makan ya. Hmm… agak gimana, aku takut sih. Sampai aku konsul dulu kedua temen
aku yg cowok. Aku pun berusaha positif thinking dia begini mungkin karena
pernah dapat mantan yang matre sesuai cerita dia yng sudah diceritakan
sebelumnya via chat. Pada akhirnya kita Cuma ngopi dan itupun aku yang bayar,
aku pikir dia mau ganti, dan aku gak enak mau nagih.
Saat terakhir waktunya untuk
pulang, dia cemas dan maksa ingin ketemu lagi besoknya. Dia juga maksa buat
anter aku pulang sampai ke rumah, dengan alasan supaya besok bisa jemput aku.
Dia pun tidak lupa kembali menyatakan untuk serius dengan ku. Awalnya aku
menolak untuk diantar ke rumah, karena aku juga bawa motor, dan rasanya tidak
enak sudah dikasih liat tempat tinggal ku seperti apa. Sedikit cemas tentang
dia ingin lihat materi keluarga dari rumah. Tapi saat itu aku sedang
memperbaiki diri dengan positif thinking demi mencari jodoh juga. Toh kenalan
dia pasti nantinya jemput aku ke rumah bolak-balik.
Kesan pertama, dia itu gemes
banget buat aku. Laki-laki dari Klaten, yang logatnya cukup alus, sukanya kerja
cari uang, dan sempat dia bersedekah sebelum mengantar aku pulang. Gatau
kenapa, perasaan aku buat dia belum ada, tapi logika ku berpikir semua yg aku
cari karakternya ada dia.
Lanjut sampai tiba depan rumah,
dia tersadar kehilangan helm gojeknya. Gatau sedang berpikir apa, sampai lupa
tidak lihat helm gojeknya sudah hilang. Aku suruh pulang tanpa suruh mampir ke
rumah karena sudah larut juga.
Aku gak bisa tidur malam itu,
bukan karena terlalu happy. Memang biasa susah tidur. Sampai pada subuh aku
baru mulai mengantuk, hingga akhirnya batal buat ketemuan dengan doi. Karena
dia kerja sore, sedangkan siang aku merasa masih butuh tidur. Tundalah sampai
esoknya yaitu minggu. Gemash lagi aku dengannya karena dia cukup menerima dan
baik dan mau juga untuk minggu ketemu setelah pulang dinesnya.
Saat ketemu kedua kalinya dia
minta aku dijemput olehnya, dan sekalian salaman sama orang tua ku. Hmm… aku
pikir berani juga si ini cowok, mungkin beneran mau serius. Saat kita di luar
makan berdua aku to do point aja sambil bilang “gantian ya, kemaren aku uda
bayarin ngopi. Kamu bayarin makan sekarang.” “Iya deeeh, kita cari yang promo
ya apaan”
Sejujurnya aku males dan merasa
pikiran setiap mau ketemu, siapa yang mau bayar, agak sedikit wagu. Seperti
laki-laki yang belum siap ngasi umpan anak orang kalo uda nikah lagi. Bukan
apa-apa, dia bilang single, semua sodaranya sudah nikah, dia pun tidak ada
tanggungan biaya semuanya buat sendiri. Dia dines par time dan setelahnya
gojek. Apakah seperhitungan itu, atau memang beneran trauma dengan cewek matre.
Akhirnya aku coba maklumin dulu.
Dipertemuan ke dua dia mencoba
menanyakan kembali mau atau engga diajak serius. Ya akhirnya iya mau kita
jalanin dulu. Dan akhirnya kita mulai mengenal lebih lg. Seminggu sekali kita
ketemu. Setiap dines dia selalu video call an sama aku. Aku mulai nyaman, dia
memang bukan tipe orang pemarah. Orangnya baik dan ramah, tipe cowok yang mau
nyamperin ceweknya disbanding harus ketemu di jalan. Makin kesini aku memang
mulai yauda iya sama dia aja, karena sifatnya semua yang ada dia, yang aku
cari, walaupun saat itu aku masih belum sayang, kadang masih terlalu hati-hati.
Dia yang aku kenal, orang rumah,
suka kerja, kalo butuh refreshing cuma butuh tidur, gentleman, seneng
bersedekah, gak temperamental, berusaha bahagian aku dengan nurutin apa mau
aku. Dia juga gak pernah komentar soal hobby aku yang suka makeup, dia juga
kasih waktu aku yang anak introvert, suka butuh waktu buat sendiri, dan aku
ngopi sendirian. Aku jadi berusaha ikut hemat, karena dia bilang narik gojek
buat nabung nikah.
Satu bulan berlalu begitu saja.
Kita semakin dekat, pada suatu waktu tiba, dia berani minta cium aku. Tapi aku
sudah punya batasan dan komit dalam diri sejak lama, untuk tidak pernah mau
dicium oleh siapapun sebelum sah. Bahkan aku tidak peduli jika dia ingin
meninggalkan aku hanya karena itu. Itu batasan aku sebagai perempuan, dan
menurutku aku sangat punya hak akan itu.
Dan untungnya dia gak masalah,
dan malah minta diingetin kalo dia lupa dan minta lagi. Jadi kaya kita sedang
belajar buat saling mengingatkan, belajar saling melengkapi. Semakin yakin aku
mau serius, akhirnya aku bicara dengan kedua orang tuaku kalo masnya mau
serius, dan target nikah tahun 2020. Ibu ku bilang yauda Alhamdulillah, sambil
kenalan aja dulu. Bapak ku juga bilang yauda kenalan dulu aja pokonya gak usah
buru-buru.
Di bulan kedua kita jalan, aku
melaksanakan ibadah umroh 9 hari, dan dia ditinggal sementara. Beberapa hari
sebelum berangkat dia minta ketemu dulu, padahl dia lagi gak enak badan.
Anaknya gak bisa gak ketemu seminggu sekali dia itu.
Pada waktu aku melaksanakan
ibadah di sana, gak tau kenapa belum yakin aja untuk sebut nama dia untuk
dijodohkan, akhirnya aku hanya berserah diri kepada Allah dan minta diberikan
jodoh yang terbaik olehNya. Pulang ibadah, kita berdua sudah janjian untuk
ketemuan dan nonton bioskop. Tapi dicancel karena mendadak aku demam di rumah.
Akhirny diundur, tapi aku masih demam sampai naik turun 4 kali dalam waktu
beberapa hari, badan juga lemas.
Satu hari stelah pulang umroh, ada rasa dimana aku tiba2 ko gak srek sama masnya, ada rasa mau coba cari yg lain, mau kenalan sm yg lain aja. Gatau kenapa. Tapi g mungkin aku selingkuh. Aku berusaha bersyukur apa yg ada skrg aja.
Sampai pada waktu tiba musibah banjir datang.
Satu hari stelah pulang umroh, ada rasa dimana aku tiba2 ko gak srek sama masnya, ada rasa mau coba cari yg lain, mau kenalan sm yg lain aja. Gatau kenapa. Tapi g mungkin aku selingkuh. Aku berusaha bersyukur apa yg ada skrg aja.
Sampai pada waktu tiba musibah banjir datang.
Hari itu aku masih sakit.
Sakitnya tuh yang dirasa Cuma demam tinggi naik turun dan badan lemas. Hari
ketiga pasca banjir, masnya mampir ke rumah pulang dines yang ternyata sudah
selesai waktu bebersih rumah. Dia menyusul aku di rumah ponakanku. Akhirnya
kita ketemu dan ngobrol bercanda seperti biasa.
Malam itu usai makan, aku merasa
aneh kenapa dia chattingan tapi kok ditutupin. Biasanya juga berusaha gak
pegang hp kalo berdua. Aku juga gak pernah cek hp nya, karena berusaha
menghargai dia punya privasi. Takutnya juga tersinggung missal gak dipercaya.
Selama 2 bulan aku cuma yakin, kalo dia gak baik, pasti Allah menunjukan. Jadi
aku gak pernah kepo akun sosmed sampai ke masa lalu, akupun gak pernah cek hp
dia, karena takut jadi toxic buat akunya, malah jadi beban pikiran sendiri.
Nah malam itu hati aku berkata,
udah ayo bilang aja “mau liat kamu watsapan sama siapa ko ditutupin”. “iya,
kamu makan dulu abisin” Trus aku abisin kan tinggal 2 suap, dan aku tagih kan, “mana
liat dong”. Dia malah mengalihkan dengan buka group wa, nunjukin itu.
“Bukan itu yang aku mau liat,
tadi kamu watsapan sama cewek, aku mau liat dong sama siapa, masa gak boleh?”. “Akhirnya
dia buka dengan ragu.
Ada tulisan (iya dek sayang bobo
ya…)
What???...
“Siapa itu mas?” “ini sepupu aku
ko”.“ masa sih? Sepupu ko sayang-sayangan begitu”.”iya dia sepupu aku masih
muda, dan udah dijodohin juga”. “loh emg kalo gak dijodohin, kamu mau mas sm
dia”. “ih gak gitu yang,,,”
“Kamu jangan salahin aku dong
kalo aku gak percaya itu sepupu kamu, lah kamu aja selama ini gak pernah
kenalin aku keluarga kamu. Sedangkan aku berusaha terbuka dari awal. Kamu yang
masih belum terbuka kan selama ini”
“Iya yang keluar yuk,”. “Ngapain
di luar, yang ada dikira orang ngapa2in di luar gelap.” “iya aku mau omongin
sesuatu, tapi nanti ya kalo sayang uda sembuh” “aku udah sembuh mas, kenapa,
mau bilang apa” “yauda tapi janji ya besok ke dokter kamu, mas anterin” “gak
usah, aku uda jauh mendingan, buruan apa yang mau diceritain”
Dan akhirnya di situ dia bilang,
kalo dia sudah beristri sejak 2015. Lagi mau cerai, makanya belum berani bawa
aku ke rumahnya. Dan cewek di watsap itu selingkuhan lainnya lagi. Kan gila…
aku nahan-nahan nangis dong coy, secara lagi posisi ngungsi, dan rame keluarga.
Kita berbincang pelan saat itu, jadi gak ada yg denger. Walaupun pd akhirnya
netes juga air mata. Sesakit itu, dan gak nyangka aku jalan 2 bulan selama ini
sama suami orang dooooonnggg… dia juga selingkuh lagiii dengan wanita lain. Dia
berusaha hapus air mata aku, dan bilang mau anter aku ke bapaknya biar bapak yg
bicara. Kalo dia beneran mau cerai dan nikah sama aku bulan Agustus katanya.
Tapia pa daya, semua berawal dari
kebohongan, dia juga selingkuh dari aku, yang sejak awal sudah aku tekankan aku
gak akan peduli lagi walaupun selingkuh hanya sekali pun.
“Aku itu uda gak kenal kamu, kita
udahan aja mas, aku gak bisa lg bedain kamu mana jujur mana bohong”
“aku selama ini berusaha percaya,
gak pernah curigain hp kamu, gak pernah curigain sosmed kamu yang ga pernah mau
share hubungan kita. Mau hargain pola pikir kamu, mau hargain privasi kamu,
biar kamu juga gak merasa gak enak karena gak dipercaya”
“bisa jadi kamu mau nikah sama
aku, tapi kalo nanti ujung-ujungnya sama main cewek banyak di luar sama aja
dong. Kasian istri kamu, kalo memang ingin cari istri baru, selesaikan dulu
yang pertama.”
“Aku gak mau jadi selingkuhan,
dah sekarang kamu pulang”
Besoknya aku minta ijin orang tua
untuk kerumah sepupu, aku butuh tempat untuk tenang, sepi. Dan mereka mengerti,
mengijinkan aku pergi. Mereka juga mungkin coba menenangkan ku dengan berkata "doa kamu cepet banget dikabulin sama Allah, dikasih unjuk dia gak baik"
Kejadian aneh saat aku pergi, aku naik gojek, dan aku emosi liat jaket
gojek, dan merinding total seperti jijik, ingat dia yang brengsek banget.
Aku juga sinis liat semua cowok
yang ada di depan ku, kenal maupun tidak.
Entah sampai kapan aku tidak
percaya dengan komitmen?
3 Januari 2020.
Hari ini 24 Januari 2020, hari dimana aku menulis semua ini dan langsung share. Hampir sebulan berlalu, dan aku jauh membaik. Aku mencoba mengingat kembali Bahwa Allah tidak pernah ingkar janji, dimana Manusia diciptakan berpasangan.
Dan aku yakin kembali komitmen pasti ada.
Sempat aku berpikir, kenapa semua karakter yg dia tunjukan di awal kriteria aku semua. kekurangannya hanya di selingkuh. Please yakinin aku, kalo selingkuh bukan kekurangan kan? itu penyakit kan? heuheu
Bagi aku juga pernikahan bukan sekedar siapa yg menang bisa nikah sm doi dan ngalahin semua selingkuhannya. Gak gitu kan nikah ituuu.. Selingkuh itu salah kan bukan kekurangan.
3 Januari 2020.
Hari ini 24 Januari 2020, hari dimana aku menulis semua ini dan langsung share. Hampir sebulan berlalu, dan aku jauh membaik. Aku mencoba mengingat kembali Bahwa Allah tidak pernah ingkar janji, dimana Manusia diciptakan berpasangan.
Dan aku yakin kembali komitmen pasti ada.
Sempat aku berpikir, kenapa semua karakter yg dia tunjukan di awal kriteria aku semua. kekurangannya hanya di selingkuh. Please yakinin aku, kalo selingkuh bukan kekurangan kan? itu penyakit kan? heuheu
Bagi aku juga pernikahan bukan sekedar siapa yg menang bisa nikah sm doi dan ngalahin semua selingkuhannya. Gak gitu kan nikah ituuu.. Selingkuh itu salah kan bukan kekurangan.
Tidak ada komentar untuk "Random Talk #5 : Traumakah dengan sebuah komitmen ? "
Posting Komentar