Camp Ceria + Lintas Jalur di Gunung Andong
Halo… Gw Arin
Ternyata camping ceria plus
lintas jalur di gunung Andong, asik juga loh. Jangan dilihat dari ketinggiannya
yang hanya 1.726 mdpl ya, tapi jalurnya yang masih alami itulah jadi lumayan
menantang. Dengan tracknya yang cukup menanjak dan berbatu serta tanah yang
licin bila basah, lo gak bisa sepelekan gunung ini. Gunung ini memang cocok
sekali untuk pemula karena jalurnya yang memang seperti gunung hutan lainnya,
hanya saja lebih pendek perjalanannya. Jadi cocok untuk melatih fisik dan
mental bagi pemula. Cocok banget juga buat gw yang uda lama bener gak naik
(setahun lebih) untuk melatih fisik lagi, plus emang cuma cari hutan yang bisa
didatengi buat melepas rindu main-main di hutan.
Gunung Andong yang bertipe
perisai ini berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Andong terletak di
perbatasan wilayah Salatiga, Semarang dan Magelang. Gunung Andong gak memiliki
aktivitas vulkanik ya. Jadi aman banget buat camping ceria. Gunung Andong
merupakan salah satu dari beberapa gunung yang melingkari Magelang. Gunung
Telomoyo ialah gunung yang berdampingan dengan gunung Andong ini.
Sabtu siang, 13 Januari 2018, gw
bersama mba Silvi, mas Angga, mba Herlina, mba Maw dan mba Natalia melakukan
pendakian gunung Andong via Sawit. Tidak lupa untuk melakukan registrasi
pendakian, karena ini adalah salah satu safety prosedur dari sebuah pendakian.
Dimana nama-nama kita terdata pada pos pendakian. Jadi biasanya, saat naik dan
sudah turun kita harus absen lagi. Supaya tim posko paham mana pendaki yang
belum turun dan mana yang udah turun. Pendaftaran hanya dikenakan biaya Rp
10.000/ orang. Dari pos pendaftaran kita
pun diberikan peta gambaran kasar, jalur dan pos-pos apa saja yang kita akan
lewati di jalur sawit. Namun peta yang kita bawa hanya peta di jalur sawit, dan
gak bawa peta di jalur yang kita turunin yaitu jalur pendem. Karena memang pada
awalnya, kita belum ada niat untuk lintas jalur.
Disini gw gak akan sebut berapa
jam pendakian dan turunnya ya. Karena kita memang bener-bener dateng untuk
mendaki dan menikmati perjalanan. Banyak makan, banyak foto, banyak diem liat
pemandangan, banyak ngobrol pula saat perjalanan. Hehe… Bisa dibilang kita
orang-orang yang lagi rindu bermain di hutan untuk menghindari sesaat dari
hiruk pikuk di Kota.
Pada jalur sawit, awalnya gw agak
males karena ternyata dari mulai pendakian masuk hutan, dibuatkan tangga oleh
pengelola. Sebenernya it’s ok, cuma jadi lebih cepet pegel aja, karena gak bisa
menyesuaikan langkah pendakian kita. Tapi ternyata dan untungnya tangga itu
cuma sampai di pos 1. Bahkan sebelum pos 1 sih. Jalur sawit dari bawah sampai
puncak bisa dibilang lebar, sangat jelas. Jadi jalur ini pun bisa dilalui 2
orang secara berdampingan. Bukan tipe jalur yang setapak banget. Mungkin karena
memang jalur resmi pendakian, biasanya dibuat seperti itu untuk memperjelas
jalur dan meminimalisir pendaki tersesat.
Nah… di jalur sawit ini ada 2 warung
buat kita bisa makan. Tepatnya di pos 2 dan di dekat puncak. Jadi sebenernya
kalo kalian gak mau berat-berat bawa makanan pokok, bisa tinggal beli di
warung. Cuma buat gw, itu agak kurang pas kalo kalian memang sadar sedang
melakukan kegiatan pendakian gunung hutan. Logistik dalam bentuk makanan sangat
penting untuk dibawa. Kita gak akan tau apa yang akan terjadi di alam bebas.
Bahkan biasanya gw selalu bawa makanan +2 hari, maksudnya adalah membawa
makanan cadangan untuk 2 hari kedepan dari jadwal turun kita. Siapa tau kita
mau tambah hari, atau tersesat (jangan sampe ya…) atau sekedar berbagi dengan
pendaki lain. Di jalur sawit juga ada sumber airnya, lebih tepatnya di
ketinggian 1706 mdpl. Airnya berlimpah dan terus mengalir. Sebelum pos terakhir
kita melewati pos puncak makam, dimana di pos itu memang terdapat makam yang
dibuatkan shelter khusus pula.
Puncak gunung Andong mirip
seperti sabana yang ada di gunung merbabu. Mungkin karena memang berdekatan
pula, mereka pun serupa. Tanah yang lapang membuat pendaki banyak yang camp di
sana. Puncak dari sisi jalur Sawit dan memang puncak tertinggi gunung Andong ini, dinamakan puncak Jiwa. Pemandangan yang
terlihat dari puncak Andong selain pemandangan perkebunan warga desa, terlihat jelas
juga gunung Telomoyo, Merbabu dan Merapi. Alhamdulillah selama pendakian, cuaca
merestui perjalanan kita walaupun kadang berkabut tapi tidak sampai hujan.
Hujan pun turun saat sudah malam, tidur pun jadi lebih hangat dan nyenyak.
Sekitar jam 3 sore, kita buka
packingan untuk pasang tenda dan masak-masak. Camping ceria di mulaiiii… Mas
Angga udah bawain kita 2 tenda. Satu kapasitas 4 person, dan satu lagi
kapasitas 2 person. Kita sebagian sama-sama mendirikan tenda, sebagian memasak.
Menu utama kita adalah sayur sop dan tempe goreng, Sop hangat plus tempenya
yang gurih sangat pas banget mengisi perut kita sambil menikmati dinginnya sore
di puncak gunung Andong. Kita bukan lagi makan di depan lukisan alam asri
dengan gunungnya, tapi real kita makan sambil lihat pemandangan gunung-gunung
tinggi beneran yang ada di sekitar gunung Andong. Cerah, biru langit dan putih
awan yang terlihat menyegarkan mata dan bikin hati bahagia. Nah yang kaya gini
nih salah satu cara kalo mau awet muda. Hehe… Disana kita ngobrol, bercanda
juga foto-foto untuk mengabadikan moment saat itu.
Semakin sore dan semakin malam,
gunung ini semakin ramai ternyata. Ditambah kita memang pas di waktu weekend.
Sumpah tenda padat sekali disana heuheu… Pagi-pagi bangun, keluar tenda lumayan
shock si seramai itu. Karena memang baru tau gunung ini ternyata cukup nge-hits
di Instagram, dan bagus buat foto-foto. Karena jalurnya yang gak panjang, membuat
banyak orang kesini sekedar wisata bahkan cuma sandalan atau pakai sneakers.
Disini gw geregetan sih, pantes aja orang pos bawah bilang agak kesel sama
mereka-mereka, karena kurangnya safety dalam pendakian. Misalnya hujan turun
lebat saat perjalanan, otomatis sepatu mereka yang alasnya bukan dikhususkan
untuk track gunung, akan lebih licin, dan jadi lebih sering jatuh. Coba kalo
uda keseleo, salah siapa??? Jalan pasti lebih susah lagi. Ini salah satu yang
bikin pendaki drop. Kecuali lo akamsi (anak kampung sini) yang uda biasa dengan
lingkungan di gunung hutan, dan tangguh menahan sakit yes, it’s oke monggo kalo
mau pake sandal jepit. Sifat kurang safetynya pendakian masih banyak yang
dilakukan oleh anak-anak jaman sekarang.
Ada satu hal lagi yang menyebalkan,
budaya corat-coret di kursi sekolah itu mbok ya jangan dibawa-bawa ke gunung.
Batu besar di coret-coret lah dengan tinta warna-warni. Itu merusak, sangat
tidak indah. Alay. Kalo mau tulis nama dengan tujuan sebagai kenangan, gak gitu
caranya. Bikin aja sekalian memoriam disana deh. Heuheu,,, Please jangan lagi
corat-coret di mana pun, itu gak guna, gak ada yang kenal juga sama nama lo.
Bisa kan cukup foto-foto dan pajang di rumah sebagai kenangan lo pernah
kesana?! Namun, gw cukup suka disini karena kesadaran pendaki akan sampah,
untuk tidak membuang sembarang itu sudah cukup baik, ditambah beberapa plang
larangan buang sampah yang cukup pula mengingatkan.
Minggu siang, 14 Januari 2018,
kita berenam turun dan naik lagi menyusuri punggungan puncak andong untuk
menuju puncak alap-alap. Puncak alap-alap ialah puncak gunung Andong dari sisi
jalur Pendem. Dimulailah kita melakukan lintas jalur dengan cuaca yang sangat
cerah. Pada saat menyusuri punggungan puncak Andong, disarankan jangan lengah
sama sekali ya. Karena track setapaknya yang cukup terjal, berbatu dan curam
serta kanan kiri pun jurang maka dari itu jalur ini diberi nama Jembatan Setan.
Pada Jalur Pendem ternyata
memiliki track yang lebih terjal dibanding track sawit. Jalurnya pun lebih
setapak. Sensasinya pasti lebih beda. Jujur gw lebih suka jalur Pendem, karena
lebih sepi, adem, gak ada warung, gak ada tangga hehe… kekurangannya cuma 1
yaitu gak ada air. Disini juga gak ada shelter yang didirikan loh. Penunjuk
arah pun hanya berupa tali rapia. Bisa dibilang jalur pendem jauh lebih alami
dibanding jalur sawit. Finish dari jalur pendem sebenernya hanya sekitar 1 km
dari start jalur sawit, jadi kita bisa kembali ke basecamp yang sama.
Finally, sampe basecamp kita
mandi-mandi. Kamar mandi disana cukup banyak dan bersih. Biasanya bahkan gak
pernah tuh gw mandi di basecamp. Biasanya bener-bener sampe rumah baru mau
mandi. Hehe… Karena disini terawat dan tidak antri untuk mandi, akhirnya mandi
disini. Jangan lupa sumbangsih di kotak kamar mandi ya. Cuma Rp 2000 untuk
mandi.
Baca juga : Jejak Kata Arin di Gunung Merbabu
Nah itu dia jejak kata gw saat
camp ceria plus lintas jalur di gunung Andong bersama 5 teman lainnya, semoga
bermanfaat ya. Bye…bye….
Noted : Saya Arin, mencoba menjadikan hobi dan pengalaman untuk membuat rental alat camping. Khatulistiwa Adventure namanya. Khatulistiwa Adventure ini telah menjadi rekomendasi rental alat camping di Bekasi sejak 2016. Untuk liat katalog alat, bisa cek di WA kami 0896-5750-4996. Bisa cek IG juga di @khatulistiwa_adv.
Tidak ada komentar untuk "Camp Ceria + Lintas Jalur di Gunung Andong"
Posting Komentar